About Me

header ads

Kapan Ahmadiyah bisa bubar!

Kapan Ahmadiyah bisa bubar? Hanya Allah yang tahu...Allah sendiri akan membubarkan Ahmadiyah, kalau memang dalam pandangan Allah Ahmadiyah memang patut dibubarkan. Dalam kaitan dengan kita Alquran telah megajarkan bagaimana menyerahkan persoalan-persoalan berkenaan dengan golongan-golongan semacam Ahmadiyah ini. Saya hendak mengajak kita menyerahkan hal ini kepada Allah, memang tindakan yang menunjukkan ketidak-setujuan, protes dan apapun bentuknya adalah boleh-boleh saja tetapi tidakkah kita berpikir untuk menyerahkannya kepada Allah, seraya terus berdoa bahwa lambat laun kalau Ahmadiyah sesat Allah tidak akan membiarkannya dan akan membinasakannya. Disisi lain kita melihat bagaimana Ahmadiyah terus berkembang atau setidaknya Ahmadiyah telah langgeng sudah lebih dari 100 tahun, hal itupun tentunya menjadi bahan renungan bagi kita.

Allah telah menekankan kepada kita bahwa wainnahu lahaafidzuun yakni berkenaan dengan syariat islam yang dibawa oleh Rasullah saw, “Allahlah yang menjaga dan melindunginya”, begitu juga walllahu ya'shimuka minannaasi- Allah akan melindungi engkau (Muhammad saw) dari segala serangan manusia, kalam engkau pun akan dijaga dan dilindungi oleh Allah taaala kenabian dan kesucian mu pun akan dijaga oleh Allah taala”.

Jadi jika sudah ada perjanjian dari Allah taala, kepada syariat nabi muhammad saw bahwa beliau akan dijaga dan dilindungi dalam segala hal oleh Allah taala maka tentu Allah akan melindungi Islam ini/ajaran Rasulullah ini dari kerusakan yang dibuat oleh Mirza Ghulam Ahmad. Artinya kalau memang Ghulam Ahmad atau Ahmadiyah adalah sesat maka tentu Allah akan menggilas ajaran Ghulam Ahmad yang mengaku-aku dari Islam dan mengaku menjalankan syariat Rasulullah saw dan tidak akan membiarkannya langgeng dalam perjalanannya.

Karena kita bisa mengatakan bahwa orang yang mengaku diutus dari Allah tetapi ia pendusta berati ia telah menipu Allah. Dan kepada orang -orang seperti itu tidak akan diberikan kelonggaran oleh Allah taala, tidak akan langgeng, tidak akan diberi petunjuk dan tidak akan diberi pertolongan, dan tentu tidak akan diberi falah-kemenangan, kesuksesan. Begitu juga dengan Ghulam Ahmad yang telah mengaku diutus oleh Allah, kalau dia memang pendusta tentu dia telah menipu Allah taala, dan orang yang menipu atau pendusta atau yang mangada-ada terhadap Allah tidak akan mendapat kelonggaran, pertolongan, petunjuk ataupun kemenangan. Jika kita memperhatikan ayat-ayat berikut ini yakinlah kita betapa janji Allah terhadap orang yang mengada-ada dusta kepada Allah, maka Allah sendiri yang akan membinasakannya. Jika Allah berkehendak tentu penghancuran itu akan dengan sendirinya walaupun tanpa bantuan kita sekalipun. Allah taala berfirman:

“Jika engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agara mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya dan mereka tidak memperoleh penolong”.(An-nahl: 37)

“Sesungguhnya orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah tidak akan beruntung, sukses”. (An-Nahl: 116)

...”Celakalah kamu! Janganlah kamu mangada-adakan kebohongan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab”. Dan sungguh rugi orang yang mengada-ada kan kebohongan.” (Tho-ha: 61)

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak mendapat keberuntungan” (Al-An'am:22).

Terhadap Rasulullah sendiri-untuk meyakinkan para pengingkar-Allah taala menekankan bahwa:

“Dan seandainya dia (Muhammad saw) mengadakan sebagian dari perkataan atas nama Kami, niscaya Kami pegang tangan kanannya, kemudian kami potong urat jantungnya”. (Al Haaqqoh:44-46).

Pertanyaannya kini ialah, dapatkah Ahmadiyah dimusnahkan? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita cermati dengan seksama, bahwa dasar pokok permasalahan ini ialah kita megetahui Ahmadiyah meyakini bahwa setiap pengkuan yang dikemukakan oleh Ghulam Ahmad mempunyai dasar yang teguh, mereka mengatakan dari Allah taala. Ahmadiyah berpendapat bahwa Ghulam Ahmad mendapat wahyu, diperintahkan oleh Tuhan untuk mewujudkan kebangkitan kembali islam dan kemenangannya atas semua agama. ringkasnya Demikianlah keadaannya. Nah sekarang kita perhatikan dari pernyataan ini hanya ada dua sifat, benar atau salah/palsu. Sekarang kita perhatikan kalau Ahmadiyah memang palsu-berdasarkan yat-ayat diatas yang telah kita baca bersama-maka tentu Ahmadiyah dengan sendirinya akan runtuh bak bangunan yang tergerus oleh waktu atau seperti bangunan yang roboh oleh bebannya sendiri karena tiadanya penopang yang kuat, takkan bertahan. Tetapi jika sebaliknya bahwa ternyata Ahmadiyah benar, jika Ghulam Ahmad memang diutus Allah maka kebalikannya dari ayat-ayat diatas tentu Ahmadiyah akan bertahan dan berkembang, kendati semua berhimpun berniat menghancurkannya dia akan tetap lestari, karena di belakangnya bekerja kekuatan Sang Pemilik Segala Kekuatan. Sejarah nabi-nabi terdahulu telah meyakinkah kita atas hal ini, karena dibalik mereka Allah taala berada sebagai penopang mereka.

Sehingga jika ada pertanyaan lagi yang mengatakan bagimana kita bisa membuktikan Ahmadiyah benar atau salah, kalau melihat dari dua patokan ini-yaitu yang salah akan dibinasakan dan yang benar akan berkembang- kita akan bisa melihat sendiri bagaimana keadaan Ahmadiyah. Kalau Ahmadiyah hancur maka kita bisa mengatakan salahlah Ahmadiyah, tetapi jika kita melihat ternyata Ahmadiyah tetap bertahan dan malah berkembang maka kita akan mengatakan bahwa Ahmadiyah adalah benar.

Kita sebutkan disini beberapa hukum dan janji-janji Allah taala, terhadap golongan Allah akan selalu menang. Kita baca dalam kita suci bahwa “Tuhan telah menetapkan bahwa Aku dan pesan Ku akan menang”. Nah kalau Allah akan menang maka tak ada satupun yang akan dapat menghancurkan suatu gerakan yang berasal dari Tuhan. Selanjutnya kita baca dalam surah Yunus ayat 103 “kemudian akan kami selamatkan rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah kewajiban kamilah untuk menyelamatkan orang-orang beriman”.

Pada tempat lain kita baca “Adalah kewajiban Kami untuk menolong orang-orang beriman” (Ar-Rum[30]:47). Dan lagi pada surah Al-mujadilah[58] ayat 22 terdapat “...mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah tealh menguatkan meereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun Ridho kepadaNya. Merekalah Golongan Allah. Ingatlah sesungguhnya golongan Allah itulah yang menang.” Demikian pula dalam surah Al-maidah[5]:56, “Dan mereka yang mengambil Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang beriman sebagai kawan haruslah yakin bahwa adalah golongan/partai Allah yang akan memperoleh kemenangan”.

Pelajaran dari kisah Fir'aun dan Musa

Bagaimana kita harus bersikap adalah baiknya kita mengambil pelajaran dari kisah penentangan Fir'aun terhadap nabi Musa a.s. Di dalam Alquran (Q.S. A-Mu'min[40]:28) diceritakan tentang keadaan di zaman Firaun, Allah taala berfirman bahwa ketika nabi Musa a.s. mendakwakan diri sebagai nabi, maka para pemuka agama di zaman itu bangkit menentang nabi Musa a.s. Ketika nabi Musa a.s. mendakwakan diri “aku diutus oleh Allah taala” maka sontak hati mereka menjadi panas terbakar dan serentak menentang nabi Musa a.s. Sang Utusan Ilahi yang gagah berdiri seorang diri. Pada waktu itu Firaun lah yang paling berang dan bersama-sama dengan para pemuka kaumnya bersatu menentang nabi Musa a.s. serta membuat persekongkolan. Dan mereka beranggapan bahwa orang yang mengaku datang dari Allah itulah (Nabi Musa a.s.) penyebab kemarahan masyarakatnya. oleh karena itu diputuskanlah untuk membunuh nabi Musa a.s. Tidak ada jalan lain, akarnya harus dicabut dengan segera sebelum menjalar lebih jauh.

Setelah Fir'aun dan para pengikutnya memutuskan untuk membunuh nabi Musa a.s. Seorang cerdik cendikia dari keluarga Fir'aun datang menemui Fir'aun dan para pembesarnya. Orang itu berkata kepada Firaun: “Takutlah kepada Allah dan pergunakanlah akalmu apakah kamu akan membunuh seseorang hanya karena dia berkata 'Tuhanku adalah Allah!, lebih lanjut dia berkata, “wainnyyaku kaadziiban fa'alaihi kadzibuhu-yakni “jika orang ini (Musa a.s.) berdusta, atau jika orang memang benar bukan berasal dari Allah tetapi dia mengaku datang dari Allah, maka bukanlah pekerjaan kalian untuk membinasakannya melainkan pekerjaan Allah, oleh karena itu apa urusan kalian dengannya? Sebab ia tidak merugikan kalian, Allah sendirilah akan berurusan langsung dengannya, karena siapa-siapa yang mendustakan atas nama Allah maka Allah sendirilah yang akan membinasakannya dan dia akan mati dalam kedustaannya.

Tetapi ingatlah jika orang ini ternyata benar tetapi kalian menganganggapnya pendusta dan kalian memusuhinya (wainnyyaku shoodiqon) maka yuzhib lakum ba'dhol-ladzi ya'idukum - pasti Allah akan menurunkan azab kepada kalian yang memusuhi kebenaran itu dan kalian tidak akan terlepas dari azab itu, oleh karena itu mengapa kalian ikut campur tangan dalam urusan ini yang tidak ada sangkut pautnya dengan kalian?

Dengan demikian, berkenaan dengan Ahmadiyah, dalam hal ini pendakwaan Ghulam Ahmad, dari dua kemungkinan ini hanya ada satu kemungkinan saja bila beliau berdusta, yaitu beliau telah berdusta atas nama Allah dan untuk itu pekerjaan kita hanyalah menunggu bagaimana perlakuan Allah terhadap orang-orang yang berdusta (atas nama-Nya) dalam hal ini Ghulam Ahmad/Ahmadiyah. Sebaliknya jika kita menganggap Ghulam Ahmad pendusta atau Ahmadiyah adalah sesat padahal ternyata beliau berada di pihak yang benar, maka kita sendiri yang akan mendapat azab dari Allah taala, dan kita tak tahu apa yang akan kita terima.

Inilah yang dapat diterima oleh akal, inilah perkataan Allah, perjanjian Allah kepada kita yang tertuang di dalam Alquran. Memang pernyataan ini bukan berarti menafikan tindakan-tindakan nyata bentuk-bentuk penentangan, melainkan seharusnya berhati-hati dalam mengambil kesimpulan, jangan sampai kita dengan begitu yakin seperti halnya Fir'aun dengan semena-mena memperlakukan siapapun yang kita anggap tidak sesuai dengan akidah kita, atau berseberangan dengan kita, karena yang namanya keyakinan itu adalah hal yang bersifat ghaib, yang untuk itu kita serahkan kepada Sang 'Aalimul Ghoib, yang Maha Ghaib, yang Maha Mengetahui. Terhadap Ahmadiyah yang jika toh nyata-nyata sesat maka tentu Allah tidak mungkin membiarkannya berkembang tetapi jika keadaan menunjukkan sebaliknya, yaitu Ahmadiyah dengan segala perkembangan suksesnya tentu kita mulai mempertanyakan, ada apa dibalik ini? Apakah Allah telah menyalahi janjinya, atau tak ambil peduli atau kita yang masih belum mengerti?....Hanya Allah yang tahu.


Tulisan serupa:

1. Amuk Ahmadiyah!

2. Mau diapakan Ahmadiyah
3. Menyembelih Ahmdiyah







Posting Komentar

4 Komentar

  1. a. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa Allah SWT itu seperti manusia, Dia melakukan puasa, shalat, tidur, bangun, menulis, bersalah bahkan melakukan hubungan seksual (Maha Suci Allah).

    b. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa tuhan mereka itu berkebangsaan Inggris, yang berbicara kepada Mirza Ghulam Ahmad dengan bahasa Inggris.

    c. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa kenabian itu belum selesai dan masih akan ada nabi terus. Menurut mereka Allah akan mengutus nabi berdasarkan keperluan. Dan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dan paling agung dibandingkan semua nabi yang pernah ada.

    d. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa malaikat Jibril turun kepada Mirza Ghulam Ahmad dan memberinya wahyu. Dan ilham-ilham yang diterima Mirza seperti Al-Qur’an.

    e. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa tidak ada Al-Qur’an kecuali yang dibawa oleh Al-Masih yang dijanjikan kedatangannya, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Tidak ada hadits kecuali apa yang diajarkan Mirza. Dan tidak ada nabi kecuali di bawah wewenangnya.

    f. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa kitab suci mereka diturunkan dengan nama ‘Al-Kitab Al-Mubin’, di mana yang dimaksud itu bukan Al-Qur’an.

    g. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa mereka adalah pemeluk agama yang baru yang mandiri, dengan syariat yang independen, serta berkeyakinan bahwa kedudukan orang-orang yang menjadi teman Mirza Ghulam Ahmad seperti kedudukan para shahabat kepada Nabi Muhammad SAW.

    h. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa kota Qodian itu seperti Mekkah dan Madinah, bahkan kota itu lebih suci dari keduanya. Tanah Qodian adalah tanah suci dan kota itu menjadi kiblat mereka serta kesana pula mereka melakukan ibadah haji.

    i. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa bahwa perintah jihad tidak pernah ada serta mereka fanatik buta dengan keinginan penjajah Inggris. Dan bahwa penjajah Inggris adalah tuan mereka berdasarkan nash kitab suci mereka.

    j. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa semua pemeluk agama Islam itu kafir, kecuali mereka yang masuk dalam Ahmadiyah. Mereka pun melarang pengikutnya untuk menikah dengan orang lain kecuali dengan sesama pengikut mereka sendiri.

    k. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa hukum khamar, opium, narkotika dan benda memabukkan lainnya tidak haram.

    l. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah anak tuhan.

    2. Siapakah Mirza Ghulan Ahmad?

    Dia lahir pada tahun 1839 di India, tepatnya di kampung Qodian, wilayah Punjab. Dan meninggal di usia 69 tahun tepatnya pada tahun 1908. Dia lahir dari sebuah keluarga yang agak kurang baik di mata rakyat India, bahkan dikenal sebagai keluarga pengkhinat bangsa atas penjajahan Inggris. Latar belakang kisah berdirinya paham sesat buatan Mirza ini memang lebih terfokus kepada proses penjajahan Inggris atas India serta tipu daya penjajah itu dalam meredam semangat jihad perlawanan atas penjajahan Inggris.

    Inggris ingin memanfaatkan ketokohan Mirza untuk dijadikan salah satu kaki tangan penjajah dalam rangka mengendorkan semangat perlawanan bangsa India muslim dalam mengusir penjajah. Maka diantara doktrin utama saat itu adalah menafikan perintah jihad. Juga mendoktrinkan bahwa tuhan itu adalah orang Inggris dan berfirman dalam bahasa Inggris.

    Lalu dengan diback-up oleh beragam fasilitas penjajah, ajakan sesat Mirza ini dianggap efektif untuk meredam jihad. Sehingga pada periode berikutnya, Mirza semakin membabi buta dalam rangka mengobrak-abrik isi aqidah Islam, sebagaimana yang sudah kami sebutkan di atas. Maka dari hanya sekedar meredam jihad, paham sesat Mirza ini berkembang sampai dia mengatakan bahwa dirinya adalah nabi, bahkan nabi yang paling besar. Selanjutnya dia pun pernah menyebutkan bahwa dirinya adalah anak tuhan. Nauzu billahi min zalik.

    Tentu saja para ulama di India marah besar terhadap ajaran sesat Mirza. Apalagi kita tahu bahwa India juga gudang para ulama besar dunia. Mereka pun sepakat untuk menyatakan bahwa Mirza dengan segala ajarannya itu sudah bukan muslim lagi alias kafir. Salah seorang ulama India, Syeikh Abul Wafa’ yang juga pemimpin Jamaah Ahlul Hadits pernah mendebatnya, menjatuhkan semua hujjahnya dan membuka kedoknya. Namun ketika Mirza tidak bergeming dari pendirian sesatnya, beliau pun menantangnya bermubahalah (saling berumpah agar Allah menjatuh laknat kepada lawannya). Dan hanya berselang beberapa hari setelah mubahalah itu, Mirza pun meninggal dunia.

    3. Salah satu kepastian bahwa ajaran Mirza ini kufur dari Islam adalah ketika mereka mengaku memiliki kiab suci sendiri selain Al-Qur’an yang kita kenal sekarang ini. Mengingkari Al-Qur’an Al-Kariem sebagai satu-satunya kitab suci sudah cukup untuk mengeluarkan seseorang dari pemeluk agama Islam.

    4. Mendiamkan saja ajaran sesat seperti ini berarti sama saja mendiamkan kezhaliman dan kemunkaran. Adalah menjadi kewajiban semua umat Islam untuk menghadang laju penyebaran ajaran sesat yang mendompleng agama Islam. Masyarat muslim dan juga non muslim harus mendapatkan informasi sejelas-jelasnya bahwa ajaran ini bukan ajaran Islam, bahkan bila ada seorang muslim yang ikut dan meyakini ajaran seperti ini, dia bisa keluar dari agama Islam.

    BalasHapus
  2. "Ashadualla illaha il Alloh, wa ashaduanna Muhammad Rosul Alloh"

    Mazak mo diganti:

    "Ashadualla illaha il Alloh, wa ashaduanna mirza ghulam akhmad Rosul Alloh"

    Apa G SESAAAAAT Se-jauh-jauhnya?

    "Trus Kiblat Dari Mekkah mo diganti ke kota Qodian, tempat lahirnya orang yang ngaku2 nabi n rosul?

    Ting-tong?

    Mikir Pake akal sehat jika masih mengaku beragama Islam!!!!!!!

    BalasHapus
  3. Maaf ya Mas, tuduhan yang dialamatkan kepada ahmadiyah itu hanyalah impian para penentang Ahamdiyah. Tidak satupun tujuan itu adalah kenyataan. Kenyataannya keimanan pendiri ahmadiyah dan pengikutnya kebalikan dari tuduhan tersebut. Belum ada waktu nih untuk menjawab satu persatu tuduhan itu, tapi pada intinya keyakinan ahmadiyah tidaklah seperti yang dituduhkan itu.

    Untuk yang lainnya, coba lakukan pendekatan dengan memahami Janji kedatangan Isa as sesudah Muhamad saw yang riwayatnya mutawatir. Taruhlah Isa as yang asli turun kepada umat islam, apakah umat islam tidak akan menerimanya? apakah umat islam akan mengingkari Muhamad saw dengan menerima Isa as yang kedatangannya dijanjikan sendiri oleh Muhamad. Semua ketakutan, kekhawatiran anda itu adalah khayalan belaka dan buat-buatan pikiran saja tidak ada dasarnya sama sekali dalam akidah islam bahwa Isa as yang datang nanti misalnya akan mengganti syahadat kaum muslim. OLeh sebab itu jangan sering mengkhayal yang bukan-bukan.

    BalasHapus
  4. akal sehat bisa menjadi tidak sehat jika dimasuki sumber yang tidak sehat. untuk komentar no 2. Ahmadiyah tidak pernah mengganti syahadat,syahdatnya tetap sama asyhadualla ilaha illallah, waasyhaduanna muhammadarrasulullah. tidak pula Ahmadiyah merubah kiblat dari mekkah al mukaromah ke Qodian. Ahmadiyah tetap berkiblat ke mekkah, kapan pula dipindahkn dan kata siapa? . Malah saya menganggap bahwa andalah yang berusaha menggantikannya.

    BalasHapus