About Me

header ads

Mau Diapakan Ahmadiyah??

Taman-Dunia, 22 Desember 2007

Mau diapakan Ahmadiyah?? Sekali lagi inilah bahasan kita dan sekali lagi bukan povokasi bukan juga intimidasi melainkan ekspresi. Mau diapakan ahmadiyah?? hal ini mengingatkan saya pada sejarah perjalanan Ahmadiyah, Pada waktu itu di sejumlah surat-kabar Pakistan, beberapa kalangan tertentu dengan santer menyuarakan bahwa karena sesuai dengan Amandemen Konstitusi, orang Ahmadiyah telah dinyatakkan sebagai non-Muslim. Maka mereka harus dilarang mempergunakan syi’ar–syi’ar agama Islam dan istilah-istilahnya misalnya: nabi, rasul, shahabi, ummul Mukminin, ahlul Bait, alahisssalam, radhiallahuanhu, mesjid, azan dan lain-lain. Sebab dengan pemakaian istilah dan syi’ar-syi’ar itu perasaaan orang-oang Islam terluka.


Dalam kaitannya penentangan dimana-mana terhadap Ahmadiyah, bagaimana kita bersikap, apakah harus seperti itu juga?? Dalam hal ini saya yang lemah mencoba menawarkan bagaimana secara arif kita harus menyikapi?

Islam adalah agama universal. Alquran karim adalah firman Tuhan dan ajaran-ajaran yang diberikan di dalamnya diperutukkan bagi kebahagiaan, kesejahteraan dan kemajuan rohani umat manusia tanpa memandang bulu atau diskriminasi. Islam begitu gencarnya mengumandangkan kebebasan pribadi, kemerdekaan mengemukakan pikiran dan perasaan dan toleransi beragama sehinga tak ada agama lain yang dapat menyamainya dalam hal ini .

Sebenarnya kembali kita bertanya apakah para pelaku penyerangan itu melakukan tindakan itu semata-mata karena membela Allah atau hanya fantisme semata? yang itupun masih dipertanyakan apakah pihak penyerang sudah dalam posisi yang benar? Karena Allah yang Malik-lah yang hanya menghakimi siapa yang benar di sisi Allah. Mengapa hal ini saya pertanyakan, karena jika landasannya adalah karena Allah maka seharusnya serahkanlah urusannya kepada Allah, seperti yang disinggung oleh Allah sendiri kepada Nabi Muhammad saw.

Sesunnguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak sedikitpun tangung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanya (terserah) kepada Allah, Kemudian Allah akan membertitahukan kepada mereka apa yang mereka perbuat
(Q.S. Al- An’am: 159)
Betapa suatu refleksi bagi kita, merenung kembali bagaimanakah kiranya tindakan kita dalam menyikapi. Kepada Rasulullah saw beginilah Allah memperingatkan, apa pula kita. Ya memang hal ini tidak bisa digeneralisasikan bahwa hal itu menafiakan tindakan apapun oleh kita. Usaha pevensi kalau itu membahayakan stabilitas kehidupan bemasyarakat maka tindakan pencegahan boleh diambil tetapi tidak dengan main hakim sendiri seakan-akan kitalah yang menjadi Hakim yang Agung, Allah azza wa jalla.

Kembali kepada persoalan awal, bagaimana jawabannya kita mengiyakan atau minimal mendekat-dekati kepada hal itu. Terlebih lagi ada wacana santer seruan kepada Ahmadiyah unutk membuat agama sendiri di luar Islam, tidak perlu membawa-bawa nama Islam. Wah bingung juga yang satu bilang saya tetap Islam dan yang lain suruh jangan pake nama Islam, berabe juga urusan. Karena orang yang ngaku Islam bagaimanapun bentuk keislamannya tetap tidak bisa dipaksakan kepadanya untuk jangan memeluk Islam. Kumaha atuh???

Tetapi implikasi dari hal ini setidaknya akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini:

1. Kalau menurut pendapat mayoritas dewasa ini orang-orang Ahmadiyah adalah bukan Islam, maka kalau begitu apa kah agama-agama orang-orang Ahmadiyah?
2. Apakah Agama orang-orang Ahmadi juga akan ditentukan oleh mayoitas ataukah orang-orang Ahmadi lah yang berhak menetapkan agama mereka?
3. Sekiranya agama orang Ahmadi harus ditentukan oleh mayoritas yang bukan Ahmadi maka apakah orang-orang Ahmadi tidak mempunyai hak menolak agama yang diusulkan itu dan tidak berhak beriman kepada akidah yang diyakini dengan segenap hati mereka?

Maka dari pertanyaan inilah dapat menjadi gambaran bagi kita meskipun seandainya orang banyak mempunyai hak menentukan akidah dan agama orang-orang Ahmadi namun mereka tak mempunyai hak untuk pertama-tama mengubah agama orang Ahmadi dengan mengusulkan agama lain yang bertentangan dengan keinginan orang ahmadi, kemudian mereka itu tidak berhak membuat sendiri agama dan menentukannya bagi orang Ahmadiyah dan mereka itu tidak berhak menyuruh orang Ahmadiyah beriman kepada suatu kitab tertentu atau menyuruh mengingkari suatu kitab tertentu. Kemudian jika orang Ahmadi yang diberi kekuasaan menjelaskan ciri agama mereka maka permasalahan yang juga muncul adalah, menurut ahmadiyah sendiri apa agama mereka itu? Ajaran apa saja yang mesti diamalkan oleh mereka dan hal-hal apakah yang harus dihindari mereka? Inilah yang tidak bisa kita paksakan karena orang ahmadiyah sendiri berkeyakinan-seperti yang dikatakan oleh pendiri Ahmadiyah sendiri lewat bukunya Nurul Haq , Jilid I halaman5:

”Kami adalah orang Islam. Kami beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan tidak berserikat serta mengakui dan mengimani kalimah laa ilaaha illallahu dan mempercayai kitab Allah, Alquran karim dan Rasul-Nya saw. yang adalah khatamul Anbiya. Kamipun iman kepada para malaikat, hari kebangkaitan neraka dan surga. Kami mendirikan shalat dan mengerjakan puasa dan kami mengakui kiblat. Dan apapun yang diharamkan oleh Tuhan dan Rasul-Nya kamipun menganggapnya haram dan apapun yang dihalalkan maka kamipun menetapkannya halal. Dan kamipun tak menambah sesuatu dalam syariat dan tak pula menguranginya. Tak sezarahpun mengurangi atau menambahnya. Dan apapun yang sampai kepada kami dari Rasulullah saw kami menerimanya dengan baik walaupun kami memahaminya atau tak dapat memahami rahasianya atupun tak dapat mencapai hakikatnya. Dan dengan karunia Allah taala kami adalah orang-orang mukmin Muwahhid, yakni yang percaya kepada tauhid Ilahi”

Inilah permasalahannya bahwa jika Ahmadiyah mengatakan bahwa mereka adalah Ahmadiyah adalah Islam sejati bagaimana pula kita bisa memaksakan kepada mereka.
TERAKHIR, PADA DASARNYA KEIMANAN MASING-MASING ADALAH FAKTA SOSIOLOGIS TAK BISA MEMAKSA DAN JUGA JANGAN JADI AJANG BEPECAH. SATU BERBAJU MERAH DAN YANG LAIN BERBAJU PUTIH, SILAHKAN SAJA, TOH ITULAH PILIHAN, PILIHAN YANG SUDAH FITRAH DI DALAM DIRI KITA. bagaimana menurut anda??

TULISAN SERUPA:

1. KAPAN AHAMDIYAH BISA BUBAR
2. Menyembelih Ahmadiyah
3. Amuk Ahmadiyah

Posting Komentar

0 Komentar