About Me

header ads

HANIEF (حنيف) DAN JANIEF (جنيف): Condong kepada Allah atau Dunia?

Seorang hanief ( حنيف ) adalah seorang yang selalu menundukkan diri di hadapan Allah taala. terjemahan dari kata hanafa ialah “bengkok & melengkung ke satu arah”. Jadi arti hanief ( حنيف ) disini adalah “tunduk-condong ke satu arah”, yakni tunduk dan condong ke arah Allah taala. Gambaran kata hanief ( حنيف ) adalah bila saja manusia berikhtiar mengambil suatu urusan untuk agama atau dunia atau sewaktu-waktu tergelincir, maka kapan saja dia jatuh maka dia menjatuhkan diri ke hadapan Allah. Jadi ada semacam tekad dalam diri bahwa “aku akan mendahulukan agama dari pada dunia”-bila saja di hapanku ada dua pilihan, satu dunia dan satu agama yang satu sama lain saling bersaing maka aku selalu mengistimewakan agama tanpa keraguan sedikitpun.”

Kemudian di dalam bahwa Arab terdapat kata lagi yang hampir sama lafadznya hanya saja lafadz hanafa ditambah satu titik di bawah huruf “h” sehingga menjadi JANIEF (جنيف)

Dari sini dan dari penjelasan nanti akan diketahui bahwa ini adalah tamsilan dan bagi pedoman kita dalam condong selalu kepada Allah.

Keyakinan adalah dua hal yang seimbang yang kalau di tambah satu titik maka bisa jatuh ke satu arah, maka hanif adalah senantiasa jatuh kepada Allah. Tetapi jika dalam lafadz itu di bubuhi satu titik di bawahnya maka hal itu akan membawa kepada kecondongan lainnya.

perhatikan kata-kata diatas, kata hanief adalah menunjukkan bahwa kita hendaknya jatuh Kepada Allah saja, tetapi di dalam lafadz selanjutnya di bubuhi titik satu sehingga hal itu bisa membuat perubahan arah terjadi.

Inilah perumpamaan yang pertama tanpa titik manusia senantiasa jatuh merendahkan diri kepada Allah. Tetapi ketika dibubuhi titik satu maka arah kecondongannya menjadi terganggu atau bisa berubah arah. Titik itu bisa mengambil bentuk berupa titik kesombongan, titik keserakahan, titik amarah, titik hasad, titik kesombongan, dan titik lainnya yang banyak sekali kita bubuhkan dalam sifat hanif kita, kendati itu hanya sebatas satu titik maka hal itu dapat merubah arah jatuh kita, sekali kita menambah titik maka titik itulah bisa membuat kita jatuh kepada hal lain, kalau tadinya kita jatuh kepada allah maka yang kedua kita akan jatuh kepada “bumi” tanah, jatuh ke tingkat kerendahan.

Hakikat ini hendak menekankan kepada kita untuk selalu berhati-hati melangkahkan gerak maju kita meraih keridhoaan Allah, itulah salah satu hikmah betapa sempitnya jalan shirotol mustaqim, yang mana orang menggambarkan bahwa shirotol mustaqiem tiu adalah sesuatu jembatan yag jalannya begitu sempit dan halusnya dan sangat berbahaya dimana manusia akan jatuh ke bawahnya. gambaran itulah yang saya dapatkan dari para orang-tua bahwa di kiamat nanti kita akan melewati sebuah jembatan yang kecilnya adalah sekecil rambut bahkan 7 kali lebih halus lagi, hanya orang yang beruntunglah yang akan selamat, dalam diriku yang lugu hal itu terus terbayang dalam pikiran saya dan lebih lanjut menjadi sesuatu yang menakutkan ketika memikirkan bagaimana kalau saya jatuh, akan sangat sulit sekali melewati jalan itu.. Dari kata janief tadi sebenarnya hendak menggambarkan kepada kita bahwa setitik saja beban yang kita bawa maka setitik itulah yang akan menjatuhkan kita ke jurang neraka jahiim.

Itulah makna nya huruf “H” kita kepada Allah janganlah kita tambahkan titik dibawahnya yang akan menjatuhkan seseorang ke satu arah dan itu adalah titik dunia. Atau akan mengmbelokkan sumber kecenderungan kita.


Tetapi kebanyakan manusia memilih membubuhkan ttik di huruf “H” tersebut. Manusia cenderung ke dunia. Tak ada yang lebih ditakuti selain Allah tetapi manusia selalu takut kepada sesama melebih segalanya. Tak ada yang patut dicintai selain Allah tetapi manusia mencintai selain Allah lebih dari segalanya. Tak ada segla amalan yang berharga kecuali semata-mata untuk Allah, tetapi manusia bertindak dengan mengharapaksn nama, kekayaan dan pujian melebihi segalanya. Tak ada yang lebih kaya dari sang maha Kaya Allah tala, tetapi manusia memilih meminta kekayaan kepada dunia, meminta-minta dan. Tak ada yang lebih mengabulkan permintan selain Allah tetapi manusia lebih meminta-minta kepada manusia dan sarana-sarana dunia dengan melupakan doa. Tak ada yang lebih sempurna dari Allah tapi manusia selalu berpaling dasrinya. Selalu tak cukup bagi manusia, manusia selalu menambahkan titik dalam kehidupanya dengan titik keduniaan, titik keserakahan, titik kegelisahan, titik kecongkakan, yang tanpa mereka sadari titik itulah yang akan menjatuhkan mereka jauh melantur dari Allah.

Bagitu mudah kita menilai diri sendiri ke arah mana kita condong? Dalam kehidupan sehari-hari kalau saudara melihat dengan teliti mengenai keputusan diri sendiri maka inilah keputusannya. Yakni sebagian manusia apabila berdri di dua persimnpangan jalan, maka itulah waktu yang sangat sulit sekali untuk memutuskan perkara yan benar. Dalam konteks kerohanian manusia lebih memilih keputusan keduiawian diatas dua jalan tersebut. Dan hanya orang yang sukses lah yang apabila mereka bersiri di dia hjalan walau bagaimanapun pahitnya mereka selalu memutuskan condong ke arah agama.

Seberapa berhasil dari kita dalam perhitungan zahir kita kita bisa menilai diri kita sendiri ke arah mana kita lebih condong, kalau di mulut setiap orang mengatakan aku akan condong ke arah agama tetapi dalam praktek sekeseharian ketika dia berada dalam dua jalan antara dunia dan agama, kebanyakan manusia memilih kepada dunia, manusia lebih mementingkan pekerjaan, manusia sangat sedikit perhatian ke arah ibadah, manusia lebih takut ke kepada manusia adahah ada yang lebih daitakuti yaitu Allah, manusia begitu tak terbpikir kepda allah saat ditimpa kepad masalah dengan merengek-rengek belas kasih masnusai tanap sdar Allah yang disampingnya.

Jadi ribuan orang mengatakan Kami adalah orang yang tulus ikhlas dalam agama karena Tuhan”, dalam hal ini tidaklah perlu kita mengatakan bahwa mereka berkata dusta begitu pula tidak perlu mengatakan bahwa mereka sedang berkata jujur/ benar”. Amal mereka dalam kehidupan sehari-hari Allah yang akan memberitahukan apakah perkatan mereka benar atau dusta bahwa sewaktu ada dua jalan pikiran, antara dusta dan benar, maka apakah kita akan berlindung kepada dusta atau kebenaran...





Posting Komentar

0 Komentar