About Me

header ads

Damai, damai, damai...

Andaikan semua orang cinta akan perdamaian. Mungkin dunia tidak makin porak poranda dengan berbagai kejadian yang di mulai dari keserakahan para insan. Islam yang Nabi besar ajarkan hanya tinggal kenangan karena begitu banyak perbantaian. Islam yang penuh dengan kedamaian telah dirusak dengan salah melakukan penghidmatan, Jihad dengan perkataan akan menghasilkan kesuksesan,jihad dengan kekerasan malah akan mengundang perpecahan.


Andai apa yang kulihat
Kawan-kawan melihatnya pula
Mereka akan mencucurkan air mata
Dan mengatakan selamat tinggal dunia
Oleh amal buruk orang-orang
Mentari kemilaupun jadi kelam kusam
Bumi pun - untuk menakuti dan mengancam
Tengah menjangkit wabah Penderitaan
Apabila engkau renungkan
Musibah yang laksana musibah ini

Tiada obat yang dapat menjauhkannya
Kecuali, Amal Baik dan tiada yang lain

Dari rasa kasih ku sampaikan pada kalian
Kini, baiklah anda pun merenungkan pula
Wahai insan bijak bestari!!!
Kebajiakan senantiasa berguna
Bagi menanggulangi hari serupa ini.

oleh: "Annisa Tahira Sahiiba"

Posting Komentar

1 Komentar

  1. seorang muslim juga bisa menjadi teroris karena pemahamannya yang tidak proporsional tentang agama, baik karena kesalahan metodenya maupun karena kedangkalan ilmu agamanya. Dari segi metode, mereka yang cenderung memahami agama secara literal (dhahiry) misalnya, akan potensial menjadi pemeluk agama yang ekstrem. Demikian juga yang dangkal (setengah-setengah) ilmu agamanya. (Baca, Dr. Yusuf Qardhawi, Islam Ekstrem: Analisa dan Pemecahannya, Bandung: Mizan, 1985). Di antara aspek agama yang paling sering ditafsirkan secara literal dan dangkal adalah konsep mengenai jihad fi sabilillah yang dianggap identik dengan aksi-aksi fisik seperti perang mengangkat pedang, senapan, atau meledakkan bom.

    Selain itu, ketidakadilan politik global juga sangat potensial melahirkan teroris, termasuk dari kalangan muslim. Kebijakan politik dunia yang tidak adil terhadap beberapa negara muslim misalnya, telah menimbulkan perlawanan dari segenap muslim yang menyadari betul ketidakadilan itu. Sialnya, karena tidak berdaya melawan secara terang-terangan, ada di antaranya yang menempuh jalur inkonvensional, yakni dengan cara kekerasan dan teror. Jika Amrozi, Abdul Azis, dan kawan-kawan, sebagaimana diakui keduanya, merupakan perlawanan terhadap Amerika. Maka, teror yang ditempuh para smertniki Chechnya merupakan perlawanan terhadap Rusia.

    Kalau memang demikian, cara yang paling proporsional untuk menghindari kemungkinan tindakan teror, bagi muslim adalah dengan cara memperbaiki kembali pemahaman dan implementasi keislamannya. Pemahaman yang sempit dan dangkal harus diperluas dan diperdalam; pemahaman yang subyektif individual harus diobyektivikasi sehingga konstruktif secara sosial.

    BalasHapus